Ibu adalah Guru Kehidupanku
IBU... Entah berapa panjang kalimat yang bisa ditulis untuk menggambarkan sosok beliau. Amarahnya adalah wujud kasih sayang dan peringatan. Ibu lah yang selalu menelepon aku setiap waktu hanya untuk memastikan aku dalam keadaan baik-baik saja.
Ibu adalah orang pertama yang selalu tahu keadaanku. Beliau lah yang selalu menguatkanku saat terjatuh. Ibu juga yang masih mau merangkul pundakku dan mengusap lembut kepalaku disaat semua orang menyalahkan aku.
Ibu membantuku menuju proses kedewasaan, bukan hanya dengan nasehat-nasehat tetapi juga dengan wujud nyata. Ibu mengajariku tentang sebuah kesederhaan. Kemewahan sejati tidak berasal dari materi, tetapi bagaimana aku bersyukur terhadap apa yang aku punya.
Ibu juga mengajariku untuk menunduk disaat aku terlalu mendongak ke atas dan selalu merasa kurang. Ibu juga yang mengajariku untuk berbuat yang terbaik. Quote yang paling aku suka dari ibu "jangan terlalu senang ketika kamu senang, karena ketika kamu sedih pasti akan terasa sangat sedih".
Ibu adalah guru kehidupanku. Dari beliau aku belajar banyak hal, tentang pendidikan, sikap, sampai tujuan hidup. Betapa besar jasa ibu dalam hidupku. Sedangkan aku, masih saja membantah perintahnya, marah ketika ibu menasehati, dan selalu sok bisa mengerjakan segalanya sendiri tanpa bantuan dari ibu.
Mengucapkan kata "terima kasih" saja jarang sekali. Mencium tangan beliau ketika bersalaman hanya sekadar basa-basi ketika akan pergi. Saya yang selalu meminta uang lebih ketika pulang ke rumah. Membuat alasan-alasan konyol dengan alibi biaya SPP, beli buku, atau kebutuhan mahasiswa.
Betapa banyak hal buruk yang kita lakukan terhadap ibu, tetapi kesabaran dan pintu maaf beliau selalu terbuka lebar untuk anaknya.
Ibu adalah orang pertama yang selalu tahu keadaanku. Beliau lah yang selalu menguatkanku saat terjatuh. Ibu juga yang masih mau merangkul pundakku dan mengusap lembut kepalaku disaat semua orang menyalahkan aku.
Ibu membantuku menuju proses kedewasaan, bukan hanya dengan nasehat-nasehat tetapi juga dengan wujud nyata. Ibu mengajariku tentang sebuah kesederhaan. Kemewahan sejati tidak berasal dari materi, tetapi bagaimana aku bersyukur terhadap apa yang aku punya.
Ibu juga mengajariku untuk menunduk disaat aku terlalu mendongak ke atas dan selalu merasa kurang. Ibu juga yang mengajariku untuk berbuat yang terbaik. Quote yang paling aku suka dari ibu "jangan terlalu senang ketika kamu senang, karena ketika kamu sedih pasti akan terasa sangat sedih".
Ibu adalah guru kehidupanku. Dari beliau aku belajar banyak hal, tentang pendidikan, sikap, sampai tujuan hidup. Betapa besar jasa ibu dalam hidupku. Sedangkan aku, masih saja membantah perintahnya, marah ketika ibu menasehati, dan selalu sok bisa mengerjakan segalanya sendiri tanpa bantuan dari ibu.
Mengucapkan kata "terima kasih" saja jarang sekali. Mencium tangan beliau ketika bersalaman hanya sekadar basa-basi ketika akan pergi. Saya yang selalu meminta uang lebih ketika pulang ke rumah. Membuat alasan-alasan konyol dengan alibi biaya SPP, beli buku, atau kebutuhan mahasiswa.
Betapa banyak hal buruk yang kita lakukan terhadap ibu, tetapi kesabaran dan pintu maaf beliau selalu terbuka lebar untuk anaknya.
1 comments:
artikel yg bagus
Post a Comment